Malam Jumat Wage,
bertepatan dengan dengan malam Valentine dimana seharusnya dipenuhi dengan kasih sayang,
Gunung Kelud memuntahkan laharnya.
Malam itu, meski saya tak melihatnya secara langsung saya bisa merasakan suasana yang sangat mencekam.
Malam yang kelam ditingkahi dengan gemuruh letusan kelud yang disertai
dengan petir yang menyambar cetar membahana badai o.. la la...
Akibat amuk Kelud,sebagian besar jawa di selimuti abu.
Puluhan ribu warga disekitar gunung berapi yang bertipe strato itu mengungsi.
Dan,
sepertinnya sudah kebiasaan orang Jawa atau orang Indonesia pada umumnya.
Pada sebuah bencana, seringkali muncul adanya mitos-mitos yang menyertainya.
Kali ini, erupsi Gunung Kelud dikaitkan dengan amukan Lembu Suro,
seorang raksasa yang dikhianati cintanya dan dikubur hidup-hidup di
Kelud.
Cerita tersebut kemudian dilengkapi dengan gambar awan hasil letusan Kelud yang seolah-olah berbentuk seperti raksasa.
Satu gambar lagi ada yang berbentuk bak muka lembu.
Hal itu semakin memperkuat keyakinan sebagian masyarakat bahwa letusan itu benar-benar amukan Sang Lembu jantan perkasa itu.
Bukan hanya di Kelud,
tapi muncul dalam bencana-bencana lainya.
Pada saat Tsunami Aceh muncul gambar amukan ombak yang membentuk lafadz Allah.
Kemudian pada saat Merapi mengamuk, ada awan yang mirip sekali dengan tokoh pewayangan Petruk.
Hal itu diasosiasikan dengan Mbah Petruk, yang konon merupakan penunggu Gunung Merapi.
Jadi,
dalam konteks gambar yang terbentuk dari awan Gunung Kelud bisa saja gambar itu asli.
Dengan ditambah pada benak masyarakat yang sudah lekat dengan legenda
Lembu Suro, maka gambar itu seolah-olah benar adanya merupakan wujud
sang lembu yang tengah mengamuk.
Lalu, bagaimana sebenarnya kisah
Lembu Suro?
Gunung yang berada di perbatasan Kediri dan Blitar itu memang lekat
dengan kisah pengkhianatan cinta seorang putri dari Kerajaan Jenggala
bernama Dewi Kilisuci terhadap dua raja sakti bernama Mahesa Suro dan
Lembu Suro.
Berikut ceritanya yang dihimpun dari berbagai sumber :
Alkisah,
Dewi Kilisuci tenar makantar-kantar akan kecantikannya dilamar dua orang raja.
Namun sayangnya yang melamar bukan dari bangsa manusia, karena yang
satu berkepala lembu bernama Raja Lembu Suro dan satunya lagi berkepala
kerbau bernama Mahesa Suro.
Tentu saja Dewi Kilisuci yang kinyis-kinyis bak Jennifer Dunn tak mau dengan mereka.
Dua raja itu buruk rupa, apalagi tak ada yang membawa Toyota Vellfire warna putih.
Namun, Sang Dewi tak bisa menolak mentah-mentah.
Ia tak mau membuat mereka berdua yang terkenal sakti mandraguna itu sakit hati.
Untuk menolak lamaran tersebut secara halus, Dewi Kilisuci membuat
sayembara yang hampir mustahil, yaitu membuat dua sumur di atas puncak
Gunung Kelud.
Tak hanya sumur, syarat tambahanya, yang satu harus berbau amis dan yang satunya harus berbau wangi.
Syarat berikutnya, harus selesai dalam satu malam atau sebelum fajar menyingsing dan tak boleh keduluan ayam berkokok.
Mahesa Suro dan Lembu Suro menyanggupi permintaan tersebut.
Dengan kesaktianya dan semangat mereka untuk mendapatkan cinta sang Dewi, pesyaratan sayembara dapat dipenuhi tepat waktu.
Dewi Kilisuci pun ketar-ketir.
Tak mau diperistri mereka, Ia pun membuat akal-akalan dengan mengajukan satu permintaan lagi.
Kedua raja tersebut dimintanya membuktikan dulu bahwa kedua sumur
tersebut benar berbau wangi dan amis dengan cara mereka berdua harus
masuk ke dalam sumur.
Bak kerbau yang dicocok hidungnya, mereka berdua manut saja menuruti permintaan Sang Dewi.
Begitu mereka sudah berada di dalam sumur, lalu Dewi Kilisuci
memerintahkan prajurit Jenggala untuk menimbun keduanya dengan batu.
Matilah Mahesa Suro dan Lembu Suro.
Tampaknya, Lembu Suro lebih sakti dari Mahisa Suro, sebelum mati Lembu Suro sempat berucap sumpah yang nggegirisi.
“Yoh, wong Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping
yoiku. Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi
Kedung.”
Artinya, Ya, orang Kediri suatu hari akan mendapatkan balasanku yang berlipat.
Kediri bakal jadi sungai, Blitar akan jadi daratan dan Tulungagung menjadi danau."
Takut akan sumpah sang Lembu, akhirnya masyarakat lereng Gunung Kelud
melakukan sesaji sebagai tolak balak sumpah itu yang disebut Larung
Sesaji.
Acara ini digelar setahun sekali pada tanggal 23 bulan
Suro oleh masyarakat Sugih Waras, desa yang terdekat dengan Gunung
Kelud.
Dan kemarin, Lembu Suro mewujudkan balas dendamnya.
Kelud pun meletus yang kemudian banyak diartikan sebagai wujud amarahnya.
Thanks infonya. Salam kenal.
BalasHapusToko Aquatic http://bit.ly/2vplrBi